Min Dong^^ [Hello!]

Jumat, 27 November 2015

Sebuah karya untuk Hari Guru Nasional



Ajari Aku, Guru


Saat itu aku masih duduk di bangku SMP. Masih polos dan lugu. Aku sangat penurut kepada orang tuaku. Mereka selalu bilang, “Kejarlah cita-citamu setinggi langit, nak.. Jangan pernah biarkan malas memenangkan dirimu.”
Aku berusaha sebaik mungkin untuk itu. Belajar dan belajar dengan giat. Hingga suatu waktu aku bertemu dengan kelemahanku,pelajaran fisika. Fisika amat kompleks menurutku. Paduan antara hafalan dengan menghitung cukup membuat saraf neuronku bekerja dua kali lebih berat dari biasanya. Di kelasku memang ada ahli biologi, linguis Bahasa Inggris, tetapi fisikawan masih belum muncul sampai detik ini.
Guru fisika –yang sekaligus merangkap jabatan menjadi wali kelas— kami memang sangat baik. Materi yang disampaikan beliau pun dapat dicerna oleh seluruh umat. Namun, saat kami dihadapkan pada soal-soal ujian yang dibuatnya, kami hanya bisa menghela napas cemas.
Tidak ada coretan, bersih tanpa noda. Motto hidup sementara saat ujian fisika berlangsung. Aku masih ingat, waktu itu tanganku bergetar menorehkan tinta pena kepada lembar jawab. Rasa was-was menggerogoti akal pikiranku seketika. Dalam hati aku berteriak, “Ya Tuhan, lindungilah hamba-Mu ini dari segala kesalahan. Jangan sekalipun Engkau menakdirkan coretan pada kertas yang suci ini, Ya Allah.”
Perlahan aku menuliskan aksara-aksara berbau Yunani, Ohm. Mataku memicing saat melihat jam dinding sekilas. Lima menit lagi. Tangan ini semakin berkeringat saja di detik-detik akhir. Hingga aku menuliskan huruf terakhir penutup penderitaanku. Aku yakin, yang ada di pikiranku itu rumus kuat arus. Setelah aku menulisnya, entah kenapa semuanya menjadi beda potensial. Jantungku berhenti mendadak. Rasanya aku ingin sekali memakan lembar jawabku ini dengan saos tomat dilengkapi seperangkat bumbu-bumbu rumahan. Alhasil, aku membawa kabar duka dari pengumuman nilai ujian. Nilai itu akan selalu kuingat, 60.
Astaga....
Sekarang aku hanya bisa tertawa mengingat semua itu. Kenanganku, masa lalu yang manis dan pahit. Semuanya bercampur menjadi satu menciptakan percikan-percikan muatan negatif dari benda A yang kemudian berpindah ke benda C dan meninggalkan muatan positif di benda A, menyebabkan kedua benda menjadi tarik menarik karena muatan tidak sejenis yang disebut induksi listrik.
Oh, maaf. Mungkin aku sedikit terbawa suasana.
Kembali ke topik. Di tengah sengitnya persaingan global antar pelajar saat ini, aku dan seluruh teman-teman seangkatanku dituntut untuk lebih kreatif, aktif, dan komunikatif. Kami harus mampu melakukan semua aspek itu, yang mana si penulis ini saja masih belum bisa melakukannya. Kemudian aku berusaha, karena dari semua mata pelajaran yang kupelajari, hanya satu yang belum bisa terkuasai, yaitu –tetap— fisika. Berturut-turut aku gagal dan mendapat nilai jelek saat ujian. Aku kecewa pada diriku sendiri. Melihat usaha guruku yang susah payah mengajar dari satu kelas ke kelas lainnya, menggeser jam pelajaran lain dan mengajar kami, meskipun terkadang beberapa diantara kami tak mengacuhkan, beliau tetap teguh mengajar.
“Bu, maafkan saya kalau saya pernah berbuat salah dan selalu mendapat nilai jelek di mata pelajaran anda...”
“Oh, semua itu sudah berlalu. Ibu tahu nilai kalian murni, dilandasi dengan kejujuran, oleh karena itu ibu sangat bangga meskipun nilai kalian ya... Begitulah. Kejujuran tetap nomor satu, dan ibu menghargai usaha keras kalian selama ini.”
Kami tersenyum, di masa sekarang, di mana kita sudah melalui berbagai ajang pengujian diri dari Tuhan. Di sini kita berkumpul bukan sebagai guru dan murid, tetapi keluarga. Aku sangat bersyukur bisa berada di tengah mereka. Terutama kepada guru, dan wali kelasku, mereka adalah segalanya buatku.
Untuk semua guru di Indonesia, aku sudah menyiapkan beberapa isi hati yang kupersembahkan kepada kalian semua.
Saat aku bingung, tak tahu arah, ada guru yang menerangi jalanku
Di jalan yang aku tempuh, doa-doa selalu menyertai langkahku
Meski tidak mudah, yakinkan kami bahwa kami bisa melakukannya
Setiap saat, guruku, apakah kalian tahu bahwa kami akan tetap meneladani kalian hingga akhir hayat?
Teruntuk guru kami semua, sejuta ucapan terima kasih tidak akan pernah bisa membalas budi baik yang selama ini guru lakukan.
Terima kasih kepada guru fisika kami, Bu Sridijati, yang telah membimbing kami dalam ilmu fisika yang jauh lebih dalam. Sekali lagi terima kasih kepada semua guru yang telah mengajari kami dengan sepenuh hati.Selamat Hari Guru Nasional!
Oh iya, aku lupa satu hal. Nilai Ujian tengah semester fisikaku adalah 96 J.
-Fin-